wrapper

Breaking News

Friday, 21 Jan 2022

Urgensi Modal Sosial Terhadap Pedagang Buah Musiman di Sumatera Barat

Ditulis Oleh 
Rate this item
(2 votes)
Foto : Pedagang Buah Musiman di Sumatera Barat

--------------------

INBISNIS.ID, PADANG - Sektor informal merupakan manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di Negara yang sedang berkembang, untuk mencari kesempatan kerja. Kebanyakan pedagang-pedagang yang menjual buah musiman itu adalah orang-orang yang belum mendapatkan pekerjaan karena terbatasnya lapangan pekerjaan. Hal ini menjadi salah satu pekerjaan rumah dari pemerintah yang belum terselesaikan, diakibatkan banyak masyarakat yang mengganggur dan kerja serabutan (tidak tetap).

Penduduk Indonesia sebagian besar masyarakatnya bertempat tinggal di pedesaan dan mereka sangat menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Sempitnya lahan pertanian yang diiringi dengan terus bertambahnya jumlah tenaga kerja artinya dilema yang mengakibatkan peranan sektor-sektor luar pertanian (off-farm employment) semakin penting. Untuk menaikkan pembangunan serta kemajuan perekonomian, profesi yang berkiprah dibidang perdagangan sangat mendapatkan kesempatan, dukungan, serta pengembangan ekonomi masyarakat diantaranya menjadi koperasi perjuangan mikro, kecil, serta menengah menjadi pilar primer pembangunan ekonomi nasional. Kapital dapat mengkategorikan sebagai beberapa bentuk: modal finansial, modal fisik, kapital insan serta modal sosial. Masing-masing bentuk modal tersebut memiliki disparitas pada pola atau proses investasi untuk memperoleh keuntungan ekonomi (economic gain) serta manfaat sosial (sosial benefit)

Setiap tahun saat musim buah tiba, Pedagang buah musiman ramai bermunculan di berbagai sudut kota di Sumatera Barat karena pada saat musim buah tiba memberikan dampak positif bagi masyarakat di tempat-tempat musimnya buah-buahan tersebut. Beragam jenis buah yang dijajakan, seperti durian, dukuh dan rambutan.

Petani yang memiliki tanaman buah jelas mendapat imbas keuntungan dari musim panen. Durian, dukuh dan rambutan memadati kios pedagang yang ada di pasar-pasar tradisional dan di pinggir jalan sejumlah daerah di Sumatera Barat, kondisi ini bisa mendongkrak ekonomi masyarakat mulai dari pemilik buah, pemetik buah, kuli panggul, supir, hingga pedagang eceran yang terdapat di tepi jalan.



Ada pula pedagang yg menjajakan buah musiman ini secara berkeliling, sebab menjadi pedagang musiman ini tidak membutuhkan modal yg banyak. Ada yg hanya berjualan di depan tempat tinggal, sebagian juga menyewa mobil pickup dan karpet plastik menjadi sarana berjualan buah buat dibawa berkeliling.

Ragam jualan tidak selaras juga keuntungan yang dihasilkan para pedagang, ada yang meraup keuntungan Rp300 ribu hingga Rp1 juta perhari namun waktu sepi pembeli, mereka kadang hanya memperoleh Rp150 ribu hingga Rp200 ribu saja.

"Namanya pedagang musiman, pendapatannya tentu tidak menentu, apalagi pas lagi hujan, kadang tidak ada yang singgah buat membeli dan juga pendapatan itu tergantung cuaca," kata salah seorang pedagang buah di pinggir jalan.

Peningkatan pendapatan penjual buah musiman lebih banyak dibandingkan dari hari biasanya, bisnis buah buahan yang menjanjikan keuntungan jualan buah musiman bisa berlipat lipat hingga mencapai jutaan keuntungan tidak termasuk modal. Pendapatan artinya hasil yg diperoleh antara balas jasa atas faktor-faktor produksi pada periode eksklusif berupa akibat materil Pedagang dan petani durian akan memperoleh pendapatan yg tinggi saat sudah demam isu panen durian dimulai.

Kehadiran buah-buahan pada musimnya memicu banyaknya pedagang yg bisa menghasilkan kelompok antara sesama pedagang buah-buahan, kelompok ini akan membentuk pola interaksi antara pedagang satu dengan pedagang yang lainya. Interaksi sosial artinya hubungan timbal pulang antara manusia pada kehidupan sosial, manusia merupakan makhluk sosial yang akan bekerjasama (berinteraksi) dengan insan lainnya dalam suatu kelompok. Petani buah, pedagang buah, toke buah akan menghasilkan prosesnya pada waktu trend panen buah-buahan dimulai. Terbentuknya proses jual beli buah-buahan itu berdasarkan di kondisi tertentu yg harus dipenuhi oleh orang-orang yg terlibat pada proses jual beli buah-buahan tersebut, baik pedagang , toke, juga petani.

Rasanya layak jika pemerintah mendorong petani-petani yang mempunyai kebun buah durian, dukuh dan rambutan di Sumatera Barat untuk mengembangkan perluasan tanaman durian, dukuh dan rambutan. Sekaligus meningkatkan kualitas buahnya, apalagi perputaran ekonomi yang dilakukan para pedagang buah musiman ini bergerak secara sederhana yang didasarkan atas orientasi untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Kerjasama antara pihak sesama penyandang gelar toke sangatlah di perlukan, agar harga buah-buahan bisa konsisten dan tidak dengan mudahnya mengalami peningkatan dan penurunan harga harga yang signifikan. Kerjasama satu sama lain dapat membentuk simpul-simpul atau ikatan seperti halnya jaringan. Kemudian di dalam sebuah jaringan juga terdapat hubungan-hubungan sosial yang saling terjalin dari berbagai pihak yang terlibat dalam jaringan pedagang buah-buahan di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Barat.

Menurut David MeClelland (dalam Marzali, 91: 2005) mengatakan bahwa bahwa satu jenis daya mentalitas seseorang yang disebutnya sebagai ”achievement” adalah faktor penting bagi kemajuan usaha orang tersebut. Jika daya daya mentalitas ini dimiliki banyak orang dalam suatu bangsa pada suatu waktu tertentu, maka tidak pelak lagi- sebagaimana telah diperlihatkan oleh sejarah Yunani kuno, Inggris, Jepang, dan sebagainya, bangsa maju akan terdorong untuk maju.

Pendekatan sosiologis dalam peristiwa ini adalah permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan masalah, faktor praktik jual beli, maka pendekatan ini digunakan untuk mengetahui realitas yang ada di masyarakat.

Costa (2001) menunjukkan bahwa individu-individu yang terhubung lebih baik menghabiskan lebih sedikit waktu menganggur dan dibayar lebih baik dalam dua kontribusi penting bagi ekonomi tenaga kerja. Namun, hanya sedikit artikel sampai saat ini telah membahas kontribusi modal sosial untuk pertumbuhan ekonomi di kerangka teoritis. Dalam (Beugelsdijk, 2004) agen memiliki preferensi untuk bersosialisasi, yang mereka trade off terhadap kesejahteraan materi. Partisipasi dalam jaringan sosial adalah memakan waktu dan datang pada biaya partisipasi dalam bidang ekonomi formal dan waktu kerja.

Urgensi modal sosial sangat diperlukan perannya dalam berwirausaha terutama sebagai alternatif bentuk modalitas lain seperti modal elokomi, modal budaya dan modal manusia. Pernyataan modal sosial (social capital) dicetus oleh Robert Putnam (1993), Putnam menyatakan modal sosial sebagai suatu nilai mutual trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat dengan masyarakat terhadap pemimpinnya. Modal sosial sebagai institusi sosial melibatkan jaringan (networks), norma-norma dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial untuk kepentingan bersama.



Modal sosial merupakan salah satu elemen yang terkandung dalam masyarakat yang berbentuk nilai dan norma yang dipercayai dan dijalankan oleh sebagian masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup individu dan keberlangsungan komunitas masyarakat.

Berikut investasi sosial yang mempengaruhi perkembangan perdagangan buah, mencakup sumber daya sosial mirip kepercayaan, jaringan, serta tata cara yang terdapat ketika proses jual beli terjadi buat perkembangan perdagangannya di Sumatera Barat:

1. Kepercayaan
Proses transaksi jual beli buah-buahan akan membentuk interaksi sosial antara petani dengan toke terjalin setiap harinya ketika musim sudah dimulai hingga sampai musim panen berakhir. Interaksi sosial yang terjalin tidak terlepas dari adanya saling percaya dan adanya kesepakatan antar petani dengan pedagang di Sumatera Barat.
Landasan utama dalam berdagang artinya trust, sebab kerja sama usaha akan berjalan lancar apabila saling mempercayai. Adanya suatu keseimbangan (equilibrium) pada interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia pada kaitanya menggunakan tata cara sosial, serta agama yg berlaku dimasyarakat. Pandangan penulis melihat bahwa adanya kepercayaan yg terjalin pada proses jual beli durian dapat menaikkan toleransi. Melalui rasa saling percaya dan adanya hubungan kekeluargaan dapat meningkatkan toleransi atas penjualan kepada pihak keluarga. Penetralan yang terjadi ketika proses jual beli durian merupakan bentuk toleransi antar petani dengan toke atau pedagang. Melalui hubungan yang terjalin kurun ketika relative usang akan mengakibatkan kepercayaan antara petani pada pedagang. Kedekatan antar petani serta pedagang durian menyebabkan rasa kekeluargaan, rasa kepercayaan bisa mengakibatkan toleransi-toleransi pada berafiliasi.

2. Kesepakatan antara Petani dan Pedagang Buah-buahan saat Transaksi Jual Beli
Pedagang serta petani melakukan aneka macam cara buat mencapai istilah kesepatan ihwal harga durian saat terjadinya proses jual beli agar berjalan efektif serta efisien. Kunci dari kelancaran usaha merupakan terletak di kesepakatan dan perilaku yg terjalin saat berinteraksi waktu proses jual beli durian. Melalui perilaku yang ditunjukan dapat menciptakan konvensi serta kepercayaan antara petani dan pedagang di Sumatera Barat. Bahwa kerjasama menjadi suatu perjuangan bersama antara orang perorangan atau gerombolan insan buat mancapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Dalam sebuah kerjasama ada 3 unsur utama ada yaitu : adanya 2 pihak atau lebih, adanya interaksi, dan memiliki tujuan beserta. Unsur 2 pihak atau lebih mendeskripsikan suatu himpunan kepentingan yang saling mempengaruhi sehingga menjadi sebuah hubungan buat mewujudkan tujuan bersama.oleh karena itu, harus adanya ekuilibrium hubungan berasal beberapa pihak. Kerjasama menemptkan berbagai pihak yg berinteraksi di posisi yg seimbang, harmonis serta selaras, sebab hubungan terjadi bertujuan buat memenuhi kepentingan bersama tampa ada keliru satu pihak yang dirugikan.

3. Network (Jaringan)
Dalam modal sosial terdapat nilai-nilai kerjasama pada membuat suatu jaringan sosial. Koordinasi dan kerjasama antar individu di dasari dengan adanya ikatan sosial yang aktif. Kekuatan kerjasama antara petani dan pedagang durian guna menaikkan dan memajukan predagangan durian di Sumbar.
Agar dapat mempertahankan eksistensi ketika proses jual beli durian dalam mengembangkan dan memajukan perdagangan durian di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Barat. Dengan hal tersebut tampak adanya sumber daya sosial jaringan yang terbangun antar petani dan pedagang di Sumatera Barat.

Begitupun pemerintah harus memerhatikan pembangunan ekonomi kemasyarakatan, serta berusaha buat menaikkan derajat kehidupan rakyat mirip halnya pada kota-kota yg terdapat di Sumatera Barat melalui forum-forum sosial ekonomi rakyat. menggunakan semakin banyaknya pertumbuhan gerakan ekonomi kemasyarakatan, pada aneka macam sudut kehidupan warga , seperti halnya dalam bidang usaha, khususnya pedagang musiman atau sektor informal.

Upaya yang dilakukan pemerintah dibidang pertanian dan perkebunan Sumatera Barat sering (balitbu) dengan meningkatkan budidaya buah buah-buahan dengan cara seperti memberi pupuk serta mengatur pembuahan durian di luar musim yang ada, sehingga diharapkan ketika tidak panen raya.

Sumber : M. Fedro Syafiola (Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi Universitas Andalas)

(Ilham Fahiza / Redaksi)

Dibaca 254 Kali Terakhir disunting pada Saturday, 22 January 2022 15:20

INBISNIS dibangun dalam rangka mendukung dunia usaha dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa Indonesia dan seluruh warga dunia.

Ikuti Kami