I Ketut Budayasa, S. T selaku kepala sekolah di SMP Dwijendra pada (26/1), mengatakan proses pembelajarannya mulai dari jam 7:15 pagi hingga pukul 10.00 pagi tanpa jam istirahat.
"Kami di SMP Dwijendra juga tidak melakukan jam istirahat. Jadi, PTM tanpa istirahat. Aturannya istirahat di kelas dengan buka masker secara bersamaan, tapi di SMP Dwijendra kami tidak terapkan itu, " ujarnya.
Dikatakan Ketut, di SMP Dwijendra selama PTM jam pembelajarannya hanya batas sampai pada jam 10:00 pagi dan ini berdasarkan aturan 4 jam pembelajaran.
"Jam 10:00 pagi kita sudah pulang pak. Karena kalau lebih dari itu siswa sudah tidak tahan karena lapar. Namun masih kita beri ruang untuk sisawa yang mau minum air, tapi minum di luar kelas. Setelah minum kita perpolehkan masuk lagi," tuturnya.
Lanjut Ketut, dari 26 kelas awalanya dilakukan secara double sift selama dua minggu, namun belakangan ini pembelajaran dilakukan secara ful atau satu sift. Selama pembelajaran siswa-siswi dianjurkan untuk patuhi protokol kesehatan.
"Kita semua 26 kelas. Pertama, awal ini kita mulai dengan double sift selama dua minggu, tapi belakang ini kita berlakukan ful satu sift. Selama itu kita memberikan contoh kepada anak-anak untuk tidka buka masker biar menjadi kebiasaan untuk mereka, " katanya.
Ketut menuturkan, untuk Vaksin SMP Dwijendra sudah dilakukan kecuali yang komorbit. Di SMP Dwijendra Ada 15 siswa yang mengalami komorbit atau riwayat, namun demikian proses pembelajaran tetap dilakukan secara normal.
"Untuk Vaksin kita sudah lakukan semua, kecuali ada 15 siswa yang mengalami komorbit atau riwayat penyakit. Tapi kami tidak memisahkan siswa yang komorbit. Jadi, dalam keseharian, kita tidak membedakan mereka tapi kita tetap satukan mereka," tutupnya.
(Dionisius Harum/Redaksi).