Diketahui, hadir dalam agenda dekalarator tersebut diantaranya Ketua dan Sekretaris Umum Flobamora Bali Yusdi Diaz dan Fredrik Billy, Ketua dan Sekretaris Flobamora Papua Barat Clinton Tallo, Sekretaris Flobamora Papua Barat Mikhael Osok, Ketua Pemuda Flobamora Papua Barat Yoseph Yan Karmadi, Ketua FKPP NTT Banten Logo Vallenberg, Satu Darah Flobamora Jawa Timur Ferdinandus Boro, Ketua Flobamora Kalimantan Timur Yakobus Beribe, dan Sekretaris FKM Flobamora DKI Jakarta Martinus Uung.
Sementara yang hadir melalui virtual adalah Ketua Flobamora Sulawesi Utara Simon Gesi Making, Ketua Flobamora Jawa Barat Abe Tobe, Ketua Flobamora Kalimantan Tengah John Napat, Ketua Flobamora Kalimantan Barat Marselinus, Ketua Garda Flobamora Sulawesi Selatan Mide Juang (via ponsel) dan Ketua Flobamora Papua Sulaiman Hamzah (via Whats Up).
Deklarasi Flobamora Indonesia ini disaksikan oleh Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Etnis Nusantara (FKPEN) Bali A.A. Bagus Ngurah Agung. Selanjutnya tim kecil yang terdiri dari Steering Committee Yakobus Beribe dan Organisation Committee dengan Ketua Yosep Yulius Diaz (Yusdi), Sekertaris Martinus Laba Uung dan Bendahara Clinton Caniago Tallo, diberikan mandat dalam waktu 14 hari untuk menyiapkan hal-hal teknis pertemuan nasional dan pertemuan nasional inilah yang akan menyusun Badan Pengurus Flobamora Indonesia.
Sementara itu, Badan Penghubung Pemprov NTT di Jakarta akan memfasilitasi pembentukan pengurus Flobamora Indoensia. Ketua Flobamora Papua Clinton Tallo mengisahkan, Papua menjadi daerah tujuan transmigrasi warga NTT sejak tahun 1960-an dan perantau umum asal NTT tahun 1980-an. Melihat banyak waga NTT, terbersit keinginannya untuk menghimpun warga NTT hingga dia mendirikan organisasi Tirosa (Timor, Rote dan Sabu) tahun 2009. Setelah itu, dia mengumpulkan para orangtua dan tokoh masyarakat NTT dalam sebuah acara di Manokwari.
Seusai acara, para sesepuh juga sepakat membentuk IKB Flobamora Papua Barat dan menujuk dirinya sebagai ketua. Lalu, pada 25 September 2015, Gubernur NTT Frans Lebu Raya, bersama Gubernur Papua dan Gubernur Papua Barat melantik Clinton Tallo sebagai Ketua IKB Flobamora Papua Barat.
Disebutkan, selama ini kehadiran IKB Flobamora Papua Barat diterima baik oleh warga setempat sehingga terjalin hubungan sangat harmonis. “Ini karena kami menggunakan pendekatan kasih, yang kami tonjolkan adalah kasih, di manapun kami berada kami kedepankan adalah kasih, makanya 35 ribu warga Flobamora di Papua Barat hidup nyaman dengan masyarakat setempat maupun dengan suku lain,” kata Clinton Tallo, pria asal Rote, yang sudah 21 tahun menetap di Manokwari.
Clinton Tallo setuju perlu ada wadah Flobamora Nasional untuk memperjuangkan kepentingan warga Flobamora secara nasional.
Hal yang sama disampaikan oleh Ketua Flobamora Kalimantan Timur, Yakobus Beribe. Menurutnya, kehidupan ini hanya ada dua, hulu dan hilir.
“Kalau Flobamora diaspora ini bisa bersatu, kita bisa mendorong warga kita ke hulu (pusat kekuasaan) sehingga diharapkan dia bisa berbuat lebih banyak untuk membantu warga kita di hilir (masyarakat bawah),” ujar Yakobus Beribe.
Ia menyebut Flobamora Kalimantan Timur pernah sukses mendorong tiga warganya menjadi angota dewan di tingkat kabupaten.
“Kalau kita bisa dorong ada yang ke provinsi atau pusat, itu luar biasa, asal kita mau bersatu. Makanya kami sepakat harus ada Flobamora Indonesia,” sebutnya.
Menurut Beribe, dari sekitar 60 ribu buruh perkebununan kelapa sawit di Kalimantan Timur, 78 persen berasal dari NTT, sekitar 30 persen buruh tambang batubara berasal dari NTT.
“Tapi untuk penertiban anggota, kami akan segera kirim teman-teman untuk studi banding sistem informasi keanggotaan Flobamora Bali,” kata Beribe.
Soal ego suku itu dirasakan betul Ketua FKPP NTT Banten Logo Vallenberg. Dia menyebut di Provinsi Banten hampir semua kota atau kabupaten membentuk “IKB” masing-masing daerahnya.
“Itulah maka kami menggagas berdirinya Forum Komunikasi Putra Putri (FKPP) NTT Banten, dan salah satu penasihatnya Pak Clinton,” tuturnya.
Dalam agenda tersebut, Kepala Tata usaha Kantor Peghubung Pemprov NTT di Jakarta, Florida Tatik Satyawati, ST, mengakui masih ada ego kedaerahan sangat kuat di masing-masing unit di dalam Flobamora di seluruh Indonesia.
“Sebagai kantor penghubung, pengalaman silaturahmi kami ke daerah-daerah, ego suku itu masih kuat. Karenanya kami menggagas Beta NTT. Kalau kita menyebut Beta NTT maka tidak ada lagi sekat-sekat. Mindset ini yang harus kita rubah,” kata Tatik, perempuan asal Maumere ini.
Ia mengatakan, aplikasi Beta NTT akan diluncurkan sekitar bulan April atau Mei tahun 2022 nanti. Melalui aplikasi Beta NTT, setiap warga Bali asal NTT, warga Papua asal NTT, warga California asal NTT bisa mendaftarkan diri supaya kita bisa tahu jumlah warga NTT di seluruh dunia.
“Sistem keanggotaan Flobamora Bali yang dipaparkan Pak Marsel Paga tadi bisa menjadi contoh data anggota, dan saya akan menjadikan pilot project mendata warga NTT di Jadebotak,” sebutnya.
Untuk diketahui, silaturhami Badan Pengubung Provinsi NTT di Jakarta dengan tokoh masyarakat, pimpinan atau anggota organisasi masyarakat, organisasi sosial diaspora NTT di Bali yang bertempat di Sekretariat IKB Flobamora Bali, Jl. Tukad I No. 5 Renon Denpasar dan diikuti secara virtual oleh Ketua IKB Flobamora seluruh Indonesia ini dibuka Kepala Badang Penguhubung Provinsi NTT di Jakarta Donald Ishak.
Dalam sambutannya, Donald Ishak berharap pertemuan di Bali ini bisa memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah NTT tercinta, membangun solidaritas walaupun berada di luar NTT dan berperan mengurangi angka kemiskinan di NTT.
“IPM NTT tahun 2021 berada di angka 65,28. Usia Harapan Hidup 67,15 tahun, angka kemiskinan per September 2021 sebesar 1.146.000, ada penurunan 27.000 ribu dari tahun sebelumnya. Jadi walaupun di tengah pandemi tapi kita masih mampu menurunkan angka kemiskinanan di NTT,” tutup Donald Ishak.
(Dionisius Harum/Redaksi)