Tak disangka usaha yang ia tekuni saat pandemi, ternyata mendapat cuan yang begitu menguntungkan. Angkringan yang buka mulai pukul 7 pagi, ternyata banyak berbagai kalangan pelanggan yang datang mulai dari warga setempat, anak kampus, anak kos untuk menjadi tempat tongkrongan utama.
Tidak hanya itu, beberapa driver ojek online pun juga meramaikan angkringannya. Setiap hari saja ia mampu meraup omzet tiga juta rupiah.
“Setiap hari bisa mendapatkan 3 juta, untuk bersihnya sekitar 500 ribu sudah dipegang tangan,” ungkapnya, Senin, (2/12).
Tak habis pikir usaha yang ia buka bisa seramai ini. Bahkan saat ini ia merekrut karyawan untuk membantunya berjualan angkringan.
“Dari tiga karyawan yang membantu saya masih menempuh pendidikan SMK, dua laki laki dan satu perempuan masih muda,” terangnya.
Ia menambahkan sejak memulai usaha angkringan selain warga setempat, dari tokoh masyarakat dan politik pun juga pernah singgah untuk mampir.
“pernah dikunjungi DPRD dari kota Kendal, dan tokoh politik lainya,” tambahnya.
Ia bercerita semenjak masih kuliah, ia harus menguras tenaga, pikiran, bahkan merogoh kantong untuk memulai usaha. Sudah tiga kali ia mencoba membuka usaha angkringan di beberapa tempat, hanya hitungan bulan saja, usaha tak berjalan bahkan gagal.
“Sudah tiga kali mencoba membuka angkringan di beberapa tempat, namun masih saja gagal,” ucap dia.
Setelah itu ia mencoba vacum terlebih dahulu, dan fokus untuk kuliah dan menjadi marbot masjid untuk beberapa saat sambil mengerjakan tugas kuliah.
Namun setelah berjalanya waktu, hatinya tergugah kembali. Ia melihat tempat kosong depan masjid bekas penjual angkringan yang sudah tak berjalan. Kemudian ia berinisiatif untuk memulai usaha disana.
“Awalnya melihat lahan kosong depan masjid, kemudian saya niatkan untuk memulai usaha dari awal, apalagi masjid dan tempat usaha sangat dekat, sehingga mudah untuk membagi waktu,” tambahnya.
Dibulan pertama dan kedua hanya balik modal, setelah bulan selanjutnya banyak pengunjung yang datang. Angkringan yang ia rintis buka mulai pukul 7 pagi, dan tutup pukul 10 malam, kadang sampai jam 2 malam.
Untuk bahan makananya, ia ambil dari warga mulai dari nasi bungkus, gorengan, sate, bakso, martabak dan lain sebagainya
“Bahan makanan sistemnya penitipan dari warga yang mau diajak kerjasama,” ucapnya.
Ia juga bercerita meskipun saat ini mendapat gelar sarjana di salah satu kampus elit di Semarang, ia merasa tak malu untuk membuka usaha angkringan. Biasanya anak muda setelah lulus dan menjadi sarjana, berlomba lomba untuk mencari pekerjaan yang bergengsi, namun baginya tidak ada niatan untuk mencari kerja, Ia ingin berwirausaha meskipun kecil-kecilan.
“Tidak ada niatan mencari kerja, sudah saya niati sedari awal kuliah, sebelum lulus kuliah sudah ada penghasilan meskipun kecil kecilan,” ceritanya.
Hingga saat ini usaha angkringan sudah berjalan 8 bulan, dari hasil penjualan angkringan ia mampu membeli mobil sendiri yang ia idam idamkan sejak sekolah.
Melihat perkembangan usaha angkringan yang ia tekuni saat ini yang begitu menjanjikan. Dalam waktu dekat ia akan membuka lagi di lain tempat yang lebih ramai.
“Dalam waktu dekat, akan membuka lagi mas karena melihat perkembanganya saat ini,” harapnya
Abidin salah satu ojek online yang setiap pagi tak ketinggalan untuk mampir di angkringan mengungkapkan memilih nongkrong di sana karena tempatnya santai, ditambah pelayanan yang bagus, bahkan harganya pun begitu murah.
“Sebelum narik ojek online maxim saya sempatkan untuk nongkrong sebentar, karena makanan disana selain enak juga murah,” ungkapnya.
(Adimungkas E/Redaksi)