Pria yang kehilangan jari kaki dan tangannya sejak kecil harus bertahan hidup dengan jualan tahu bakso keliling untuk memenuhi kebutuhan hidup anak istri di tengah pandemi. Pasalnya ia baru saja menikah dan mempunyai anak yang masih berumur 2 bulan.
Dengan sepatu kecilnya yang sudah rusak, ia tetap semangat beraktivitas meskipun jalannya agak tertatih. Setiap pagi ketika orang orang masih tertidur lelap ia harus keluar rumah untuk mengais rezeki. Motor tossa kecil yang sudah kelihatan karatnya selalu membersamainya untuk berdagang demi anak istri nya.
Meskipun keadaan fisiknya kurang, ia tak patah semangat untuk selalu melakukan aktivitas yang bermanfaat. Selain berjualan tahu bakso keliling, ia juga menjaga masjid di sekitar rumahnya. Hanya bermodalkan 300 ribu, ia belikan bahan tahu bakso, ia masukan ke dalam mika untuk dijual kembali
"Kegiatan sehari hari jualan bakso dan jaga masjid, jualan tahu bakso untuk memenuhi kebutuhan hidup,” terangnya.
Meskipun jualan tahu bakso yang ia lakoni saat ini masih bisa dibilang seumur jagung, namun setiap hari dagangan selalu habis. Awalnya ia menyediakan tahu bakso 100 biji dalam sehari, dari hasil 100 biji ia mendapat kan penghasilan 20 ribu, belum dikurangi bensin dan lain lain.
"Banyak sedikit tetap disyukuri mas, awalnya 100 biji, kemudian saya masukan ke mika, permikanya ada 6 butir tahu bakso, saya jual 7 ribu,” ucap dia.
Meskipun penghasilan kurang dari kata pas, ia tetap sabar dan semangat untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya.
Berjalanya waktu banyak pesanan sehingga dagangan habis. ia mencoba untuk menambah stok dengan menyediakan 300 butir yang ia beli dari teman sendiri yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Awalnya ia stok bahan tahu bakso ambil dari Ungaran.
Namun setelah seminggu ketersediaan tahu bakso yang ia ambil di Ungaran kini tak berjalan mulus, hingga akhirnya ia memutuskan untuk beralih ke tempat yang lebih dekat.
"Pengambilan terlalu jauh, bahkan jarang habis, sehingga harus tambah modal,” ucap dia.
Ditemani motor Tossanya, ia mulai bekerja dari pukul 1 pagi untuk menjajakan tahu bakso. Ia tawarkan ke pedagang pedagang pasar untuk di titipkan, selain itu ia juga tawarkan setiap warung makan pinggir jalan. Selebihnya ia berkeliling sendiri ke tempat lain.
"Mulai kerja pukul 1 pagi sampai 2 siang, kalau di pagi hari biasanya di pasar karangayu, setelah itu keliling di pinggir jalan,” terangnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa selama jualan bakso banyak tantangan yang harus ia lewati, mulai dari pengusiran Satpol-PP bahkan persaingan sesama pedagang.
"Kendala awal ya sering diusir Satpol-PP, setiap berhenti di tengah jalan, Satpol PP selalu datang dan mengusir,” ungkapnya.
Padahal saat itu istrinya baru melahirkan anak pertamanya, dan banyak pengeluaran untuk membelikan susu dan kebutuhan lain sebagainya. Saat ini penjualan masih keliling , dan belum memanfaatkan teknologi melalui penjualan lewat online. Ia juga mengisahkan awal mula jualan tahu bakso bermodal dari uang sisa jualan sandal.
Selama pandemi omzet penjualan sandal semakin menurun bahkan gulung tikar. Dalam sehari penjualan sandal mampu terjual 20 pasang, namun pandemi ini hanya beberapa pasang saja yang terjual.
“Awalnya modal dari jualan sandal di pasar dan pinggir jalan, sebelum pandemi bisa terjual 20 pasang, namun saat ini hanya 3-4 pasang saja yang terjual,” ucap dia.
Sehingga hasil dari sebagian sandalnya ia gunakan untuk beralih ke dagang tahu bakso. Ia juga berharap kepada pemerintah supaya memperhatikan para disabilitas, dengan adanya bantuan modal khusus untuk mengembangkan usaha.
Pasalnya selama ini beberapa kali ia mencoba untuk meminjam di koperasi untuk tambahan modal , namun tak satupun yang memberikan bantuan peminjaman.
"Sering coba pinjam di koperasi buat tambahan modal, namun tak ada yang memberi pinjaman," terangnya.
(Adimungkas E/Redaksi)