Hal ini disampaikan Wakil Menteri Agama Dr. Zainut Tauhid Saadi, M.Si dalam kegiatan Sastra Santri Nusantara Melayu 'Moderasi Beragama di Kalangan Milenial' yang dipusatkan di Ruang Teater Lantai 4 UIN Walisongo, Semarang, Senin (25/10/2021).
Dalam sambutannya, Wamenag menyampaikan bahwa sastra melayu sangat dipengaruhi oleh Islam. Tradisi sastra santri adalah tradisi membangun tradisi intelektual.
"Rata-rata sastra santri kala itu ditulis dengan huruf arab pegon. Ditulis oleh ulama atau santri," ujarnya.
Dalam perkembangannya, sastra santri berkembang dalam beragam bentuk, misal berupa tembang, syair dan lainnya ditulis oleh laiknya Buya Hamka, Gus Mus dan sebagainya.
"Karya sastra jadi cerminan identitas kultural nusantara yang turut membangun karakter bangsa. Ada nilai mulia dari masa lalu yang perlu digali untuk masa kini, agar kita tidak kehilangan jati diri," tambahnya.
Rektor UIN Walisongo Prof. Dr. Imam Taufiq, M.Ag mengatakan bahwa kampus UIN Walisongo adalah kampusnya para santri. Nama besar Walisongo tidak sekedar sebagai prototipe, tapi bentuk tabarukan kepada Walisongo.
Dikatakan rektor, sastra pesantren berisi kepatuhan khas santri kepada kiai, dengan cara-cara keikhlasan dan kesederhanaan.
"Santri itu tidak berhenti meski sudah keluar dari pondok. Karya sastra pesantren itu ekspresi keseharian dengan suasana kultur agama yg kuat di masyarakat," katanya.
"Karya sastra santri menggambarkan kehidupan di pesantren. Karya santri adalah rumusan gagasan santri terhadap pemaknaan hidup sehari-hari," tambahnya.
Kegiatan Sastra Santri merupakan satu rangkaian sari peringatan hari santri 2021 di UIN Walisongo. Sastra Santri menghadirkan Gus Mus, Gus Nas, D Zawawi Imron, Prof Abdul Hadi, Hj Masriyah Amva.
"Diharapkan kegiatan ini dapat merefleksikan nilai penting, yang dapat mengembangkan cara hidup yang bermartabat sebagai manusia berbudaya," tukas Wakil Rektor I UIN Walisongo Dr. Mukhsin Jamil, M.Ag, memberikan sambutan mewakili panitia.
(Adimungkas E/Redaksi)