Dikatakan, pembentukan karakter itu melalui proses pembiasaan kalau sudah terbiasa maka sangat gampang dijalani. Maka disarankan Satgas Covid 19, pengawasan harus dilakukan secara terus menerus kepada masyarakat.
Pembentukan karakter memang butuh waktu tapi jika dilakukan secara struktur maka dengan berjalanya waktu pasti akan terbentuk. Hal ini dikatakan Dr. l Made Suarta. SH.. M.Hum, pada Senin (22/11/2021).
"Setiap aturan apakah itu edaran harus dikawal karena memulai sesuatu itu agak susah. Karena masyarakat tidak terbiasa," ujarnya.
Made menyarankan, untuk melakukan transformasi mental masyarakat di tengah pandemi Covid 19, maka perlu didampingi secara terukur dan sistematis.
"Untuk membiasakan masyarakat yang dulunya tidak seperti itu perlu dikawal pengawalnya cukup ketat dan itu berlangsung terus-menerus, konsisten," ungkapnya.
Made meyakini, hanya dengan cara itu karakter masyarakat pasti akan berubah seiring berjalanya waktu karena pada dasarnya proses pembentukan karakter itu melalui terbiasa.
"Na, ketika itulah masyarakat mulai merasa terbiasa. Kan, proses pembentukan karakter itu melalui kebiasaan ketika sudah biasa ndak susah menjadikan itu," tuturnya
Dijelaskannya, sifat pendidikan karakter itu harus dimulai dari sendiri, baru bisa menegur orang lain. Kalau belum mampu mengolah karakter sendiri maka itu akan berakibat fatal.
"Pendidikan karakter harus mampu memberi contoh, contohnya adalah dari diri kita sendiri biar masyarakat bisa ikut," katanya
Dia pun meminta agar petugas penangan covid 19, bisa memberikan yang terbaik buat masyarakat supaya karakter mereka tumbuh dengan baik.
"Berdasarkan amatan saya masih ada yang tidak memakai masker dengan baik, padahal ini sudah berjalan dua tahun Covid 19. Ini yang perlu diwaspadai," ungkapnya
Oleh karena itu, berharap petugas Satgas covid 19 tidak boleh lepas masyarakat, tapi harus ada sentuhan komunikasi yang mendalam biar karakter itu terbentuk.
"Jika tidak dikawal maka yang terjadi adalah masalah besar, makanya tidak boleh lepas begitu saja,"tutupnya
(Dionisius Harum/Redaksi)