Penerapan belajar online atau daring (dalam jaringan) selama masa pandemi covid-19 karena pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di kabupaten Nagekeo, ternyata berdampak buruk terhadap minat belajar dan prestasi siswa dan siswi.
Ambrosius Biku (42), Plth Kepala Sekolah (Kepsek) SMANSA, kabupaten Nagekeo kepada INBISNIS.ID mengemukakan bahwa prestasi belajar dan minat belajar siswa turun drastis saat pemberlakuan belajar dari rumah atau belajar online.
Tidak hanya itu, Sejumlah siswa di sekolahnya malah putus sekolah dan enggan ingin ke sekolah ketika pembelajaran tatap muka kembali diberlakukan.
Menurut Ambros, Pembelajaran tatap muka lebih efektif dalam upaya mengedukasi dan mentransfer ilmu kepada peserta didik.
Sesungguhnya, selama pandemi covid-19, para guru sangat kewalahan dalam melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut diperparah dengan sikap para siswa dan siswi enggan menyelesaikan segala tugas belajar yang diberikan dengan berbagai dalil.
"Belajar daring (dalam jaringan), sangat tidak efektif, prosentase ketercapaian kompetensi sangat rendah, tambah dalam evaluasi tugas tidak dikumpulkan. Total siswa sebanyak 36 dalam satu kelas tapi yang kumpul tugas hanya 10 orang,” beber Ambrosius Biku.
"Dalam perjalanan Guru tidak pernah putus asa terhadap situasi, turun ke lapangan, turun ke tempat-tempat yang telah ditentukan, bawa materi, kumpulkan tugas," papar Ambrosius di ruang kerjanya, Senin (29/10/2021).
Ambrosius berharap pemerintah bisa mempertimbangkan secara bijak terkait penerapan belajar online selama pandemi covid-19 demi efektivitas pembelajaran dan peningkatan kecakapan siswa.
Ambrosius mengaku pemberlakuan belajar tatap muka di SMANSA Aesesa dengan menjunjung tinggi protokol kesehatan (Prokes), seperti mengenakan masker dan mencuci tangan pakai sabun.
"Karena PPKM kita di level satu, make kita ful tapi prokesnya kita jaga," ujar Ambrosius.
Pihak sekolah konsisten untuk menyediakan sarana prasarana penunjang penegakan prokes di lingkungan sekolah untuk memastikan para siswa bebas virus corona selama belajar tatap muka.
"Kita menyediakan sarana cuci tangan, paginya kita pakai thermogun untuk ukur suhu, kita wajib masker. Saya melihat anak-anak sudah sadar soal itu," jelas Ambrosius.
Selain itu, pihak SMANSA berupaya memanfaatkan waktu pembelajaran tatap muka semaksimal mungkin, dengan meningkatkan durasi pembelajaran bagi peserta didik.
Hal tersebut dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan materi pembelajaran dan mengantisipasi kemungkinan diberlakukan kembali diberlakukan belajar online akibat lonjakan kasus Covid-19 di Nagekeo.
"Kita berupaya meningkatkan durasi waktu, contoh, pagi kita itu 40 menit, sore kita buka lagi pembelajaran daring, kirim lagi tugas untuk mengejar ketertinggalan," ungkapnya yang dikutip INBISNIS.
Untuk diketahui, jumlah siswa SMA Negeri Satu Aesesa secara keseluruhan berjumlah 1078 orang, sedangkan guru dan pegawai berjumlah 98 orang.
(Petrus Fua Betu Tenda/Redaksi)