Di pantai Angar Laleng, tepat di bawah rindangnya pepohonan, para pekerja itu bergotong-royong memanen rumput laut yang adalah salah satu penopang ekonomi warga setempat. Bukan hanya mereka yang sudah berumur dewasa alias orangtua melainkan juga para remaja atau orang muda, juga terlibat aktif memetik rupiah di laut.
Samsudin Soba adalah salah seorang warga Mahal II yang sudah sejak 2004 mencari nafkah di laut. Ia bersama keluarga juga para pekerja lain tampak bahagia dengan pekerjaan itu. Mengapa tidak? Satu bulan saja mereka sudah bisa memetik hasil hingga 10 juta rupiah. Penghasilan ini, membuat mereka tetap semangat dan betah bekerja di laut selatan Lembata tersebut. Bibir mereka bergerak-gerak, pertanda sedang bercakap-cakap tetapi juga ada sirih-pinang, yang sedang dikunya sebagai energi penambah daya kerja.
Adapun proses penjualan rumput laut yakni para pekerja dikunjungi para pelanggan atau pengusaha rumput laut langsung di pantai Angar Laleng, tempat yang kaya dan subur akan hasil laut. Sebelum ditimbang, Samsudin Soba bersama para pekerja lainnya melakukan penjemuran rumput laut di halaman pondok mereka masing-masing yang berada di sepanjang pantai Angar Laleng.
“Mereka datang timbang per kilo dengan harga 4 ribu rupiah. Rumput ini mereka bawa sampai ke Maumere terus mungkin dibawa ke Surabaya. Tugas kami hanya bekerja di sini dan mereka datang untuk timbang,” jelas Samsudin Soba di sela-sela aktivitasnya.
Walaupun fokus di laut, Samsudin mengatakan, ia adalah seorang petani. Artinya, selain di laut tak lupa pula di darat, tempat menanam dan memanen hasil kebun.
Harapan untuk Pemerintah
Samsudin Soba mewakili ratusan pekerja rumput laut berharap agar pemerintah Lembata tidak menutup mata terhadap usaha ekonomi mereka. “Ya, beberapa tahun lalu, dinas perikanan pernah sumbang kami bibit, tali dan perahu, tapi itu sudah lama. Sedangkan Pemerintah Desa sendiri tidak pernah beri kami apa-apa. Kami kerja sendiri,” ungkapnya.
Oleh karena itu, selain kepada Pemerintah Kabupaten, Samsudin juga berharap kepada Pemerintah Desa Mahal II untuk bisa memberikan sumbangsih bagi mereka, karena mereka juga adalah warga desa, bukan orang asing.
(Antonius Rian/Redaksi)