wrapper

Breaking News

Friday, 26 Nov 2021

Pentingnya Penerapan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Pesantren

Ditulis Oleh 
Rate this item
(1 Vote)
(istimewa)

--------------------

INBISNIS.ID, SEMARANG - Sebagai aset negara, remaja menjadi modal penting guna meneruskan cita cita bangsa menuju bangsa yang bermartabat. Remaja dituntut memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas karena mereka memegang peranan penting dalam mencapai kelangsungan serta keberhasilan pembangunan nasional dimasa depan.

Namun dalam peralihannya, kini remaja dihadapkan pada persoalan perilaku yang mengarah pada perilaku yang beresiko, misalnya dalam kesehatan, dalam jangka 5 tahun terakhir terkait dengan kesehatan reproduksi, gangguan mental, dan penggunaan zat adiktif mempengaruhi kualitas remaja saat ini. 

Sehingga perlu adanya suatu program yang melibatkan remaja secara langsung yang dapat mengidentifikasi kebutuhan dan harapan remaja pada pelaksanaan program kesehatan remaja.

Seperti halnya melalui pendidikan kesehatan reproduksi yang dilakukan di berbagai institusi, seperti institusi sekolahan maupun pesantren

Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Sri Achadi Nugraheni dalam acara bertajuk Diseminasi Hasil Program Penerapan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja di Pesantren yang diadakan di Azana Hotel Airsport Semarang, Kamis (25/11).

Ia menyampaikan bahwa pengembangan penerapan pendidikan kesehatan reproduksi tidak hanya dapat dilakukan oleh institusi pemerintahan (kemenkes,kemendikbud, dll), namun perlu peran dari institusi pendidikan (akademisi) dan yayasan pondok pesantren.

“Di jawa tengah sendiri termasuk kabupaten   grobogan  dan demak memiliki angka pernikahan dini, kehamilan remaja, perceraian dan AKB yang tinggi, serta memiliki masalah kesehatan reproduksi lain yang cukup banyak,” ungkapnya.

Berdasarkan pada data Kemenag tahun 2009 terdapat 238 pesantren di Kabupaten Grobogan dan 107 pesantren di Kabupaten Demak, serta terdapat 3.787 pesantren di Jawa Tengah.

Grobogan dan Demak memiliki angka pernikahan dini, kehamilan remaja, perceraian, dan AKB yang tinggi. Maka dari itu untuk menangani kasus kesehatan reproduksi remaja tersebut perlu memperluas jangkauan penerapan pendidikan kesehatan reproduksi remaja.

Sehingga penting dilakukan intervensi remaja di pesantren termasuk unit pendidikan (MTS dan MA).

Selanjutnya bentuk kegiatan pendidikan kesehatan reproduksi di pondok pesantren melalui intervensi pada pondok pesantren klasik dan modern seperti peningkatan kapasitas penerapan pendidikan Kespro remaja terintegrasi pada pendidikan agama, dan intervensi pada pengasuh madrasah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah.

“Intervensi pesantren klasik dan modern seperti kajian kitab, ilmu fiqih,akhlak, serta intervensi pengasuh MTS dan MA melalui mata pelajaran biologi,pendidikan jasmani, kesehatan, dan BK,” terangnya.

Kemudian guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk para remaja khususnya di lingkungan pesantren, maka diperlukan suatu strategi pendidikan kesehatan reproduksi remaja pesantren.

Dengan pembuatan buklet dan media kespro pesantren, TOT petugas puskesmas dan pengasuh , transfer knowledge antara pelatih  yang sudah dikader untuk mengikuti poskestren, dan pengadaan ruang khusus kespro dan poskestren, serta monev dan pembuatan MOU guna keberlanjutan kegiatan pemanfaatan ruang kespro/postkestren. 

“Ruang kespro adalah salah satu alternatif inovasi dalam kesehatan reproduksi remaja termasuk deteksi dini,dan pemulihan malnutrisi (stunting,wasting,gizi buruk, dan KEK) pada remaja di pesantren dalam pencegahan AKI dan AKB.

Kepala Bidang Dinas Kesehatan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, Wahyu Setyaningsih mengungkapkan dengan membina remaja di pondok pesantren tidak hanya mentransfer keterampilan dan pengetahuan untuk para santri serta pengasuh, namun juga antisipasi deteksi dini jika ditemukan berbagai gejala yang dialami santri.

“Tidak hanya pengetahuan dan keterampilan saja yang diberikan untuk para santri serta pengasuh yang ditingkatkan, tetapi juga deteksi dini, ternyata ditemukan juga ada yang kurang darah, anemia, kurus, dan lain sebagainya,” ungkapnya.

Demikian guna membina pondok pesantren, perlu adanya kerjasama antara pesantren dengan dinas kesehatan (puskesmas) setempat  supaya pelayanan kesehatan remaja mudah terkoneksi sehingga dapat ditindak lanjuti.

“Pelayanan kesehatan tentunya remaja, harus ditindak lanjuti, jangan didiamkan supaya terkoneksi kondisinya, lha nanti remaja yang sehat, yang berkualitas yang akan menghasilkan generasi emas Indonesia kedepannya,” ujarnya.

Lebih lanjut melalui model model kespro / poskestren yang ada di berbagai kota dan kabupaten, diharapkan dapat mengurangi faktor resiko kematian remaja yang tinggi, ketergantungan hidup, stunting dan lain sebagainya. 

“Kabupaten atau kota yang memiliki kematian remaja yang tinggi, ketergantungan hidup , stunting, kita harus fokus kesana,” lanjutnya.

(Adimungkas E/Redaksi)

Dibaca 303 Kali

INBISNIS dibangun dalam rangka mendukung dunia usaha dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa Indonesia dan seluruh warga dunia.

Ikuti Kami