News
Aliansi Mahasiswa Pemerhati Rakyat Sul-Sel, Menuntut Pengembalian Lahan Eks PT Makatex Kepada Empunya
Ditulis Oleh Web AdminTangkapan Dua Kapal Super Tanker Oleh Bakamla RI Dibahas di DPR
Ditulis Oleh Web AdminYoseph Janu : Packing Kopi Arabika dan Robusta Akan Tetap Berbasis Kearifan Lokal
Ditulis Oleh Web AdminPenyerapan Tinggi, Kabupaten Nagekeo Dapat Penghargaan dari Direktorat Jenderal Pajak
Ditulis Oleh Web AdminAkibat Jalan Rusak, Mobil APV Terjungkal di Jalan Dangka Mangkang - Colol
Ditulis Oleh Web AdminAdam Marus “Nakhoda” Baru Baznas Kota Ternate Periode 2022-2027
Ditulis Oleh Web AdminINBISNIS.ID, TERNATE - Berdasarkan surat dari Baznas RI perihal jawaban pertimbangan pengangkatan pimpinan Baznas Kota Ternate Periode 2022 - 2027, yang mencantumkan 5 Nama unsur pimpinan masing-masing, Adurahman Munim, Munim Arif, Adam Mahrus, H. M Saleh Sakola dan Nurdiansyah Noor, untuk ditindak lanjuti oleh Walikota Ternate.
Terkait Kasus Vaksin Kosong Akhirnya Polda sumut Tarik Ambil Alih Kasusnya
Ditulis Oleh Web AdminHabiskan Uang 100 Juta, Ambisi Anak Nelayan Menjadi Pesepakbola Profesional Pupus
Ditulis Oleh Web AdminINBISNIS.ID, LEMBATA – Abdulgani, nama yang tak asing dan sudah cukup populer dalam dunia sepak bola di Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Lembata. Alumnus SMAN Kedang, Kecamatan Buyasuri ini memiliki kisah sedih dan menyakitkan selama perjuangannya menempuh pendidikan sepak bola di Makassar, Sulawesi selatan. Ia adalah putra dari Bilhaludin Muhammad Said, salah seorang nelayan sederhana asal Desa Wowong, Kecamatan Omesuri, Lembata.
Selama kurang lebih 11 bulan lamanya, Abdulgani bergabung dalam Alfatih 22 Foot Ball Academy Makassar. Masuk ke akademi sepak bola ternama ini, Abdulgani dilatih keuletan dalam memainkan bola sebagai pemain depan. Menurutnya, minat sepak bola bertumbuh sejak umurnya masih belia. Bermula ia bergabung dalam salah satu klub lokal di Lembata, Badai Uyelewun. Tak hanya itu, ia juga dipilih untuk menjadi salah satu pemain Persebata Lembata. Fisik dan kelincahannya membuat Abdulgani dilirik oleh pelatih Badai Uyelewun untuk kemudian mengantarnya ke Makassar.
Walaupun usahanya untuk masuk ke akademi sepak bola sudah tercapai, Abdulgani dan Bil, nama pendek ayahnya mengisahkan perjuangan mereka yang cukup pahit menyayat hati, Selasa (25/1/2022).
Menurut Abdulgani, selama di akademi, biaya hidup dan segala kebutuhan sangat mahal, sebulan bisa mencapai empat juta rupiah. Namun, tidak berbanding lurus dengan pelayanan, misalnya makanan dan latihan yang melebihi kemampuannya sebagai seorang anak muda. Ia juga pernah mendapat perlakuan tidak adil dari pembesar di Alfatih 22 Football Academy.
“Waktu itu bapak berhutang jadi mereka pernah paksa saya tanda tangan surat yang isinya supaya saya tidak boleh pulang sebelum bapak bayar hutang. Padahal waktu itu sudah saya jelaskan kalau itu tugasnya bapak dan saya harus pulang bantu bapak cari uang,” ungkapnya.
Lebih dari itu, ketika Lembata dilanda badai Seroja yang juga berdampak pada banjir di desa Wowong, para pengurus di akademi tetap memaksa Abdulgani untuk segera melunasi utang tersebut.
Sementara itu, Bil, sang nelayan dari Desa Wowong menjelaskan, ia pernah berdebat dengan pengurus akademi yang memaksa anaknya untuk tanda tangan perjanjian tersebut. Ia bahkan mengatakan kepada mereka, jika tetap memaksa anaknya menandatangani surat perjanjian, ia akan melaporkan masalah ini ke polisi.
Selain mengikuti latihan sepak bola di Makassar, Abdulgani juga pernah diutus bersama teman-temannya untuk berlatih di Bali. Biayanya juga tetap mahal dan pelayanan memprihatinkan. Justru karena tidak tahan dengan situasi memprihatinkan di Bali, Abdulgani bersama dua temannya melarikan diri pulang ke Makassar tanpa pemberitahuan resmi kepada pembesar di akademi sepaka bola tersebut.
Menurut Abdulgani, selama di Bali, ia pernah bermain bola bersama klub Persekaba Badung yang sudah masuk level liga tiga. Kebahagiaan tersebut, sekonyong-konyong pupus karena kendala biaya dan pelayanan yang tidak memadai. Menumpang Kapal Feri, ketiganya menyeberang kembali ke Makassar setelah sebelumnya menumpang di sebuah rumah milik orang baik dan tulus di Bali.
Demi menunjang cita-cita sang buah hati, Bil sang nelayan itu rela membanting tulang dan menguras tenaga. Ia masuk sawah, menanam 3 ribu bibit terong untuk berbisnis sayuran dan buah-buahan. Selain itu, ia kerja porduksi kopra dan akhirnya kembali ke laut menjadi nelayan usai air di kebun sayurnya macet. Lebih lagi, dua pick up dan satu truk miliknya telah ia jual habis untuk membiayai kebutuhan Abdulgani di Makassar.
Pengorbanan yang demikian besar untuk mewujudkan cita-cita buah hati tercinta, semuanya sia-sia belaka sebab kini Abdulgani sudah kembali ke Wowong. Selain itu, Bil menuturkan kalau sebagian uang dari hasil penjualan pick up dan truk masih berstatus hutang dari tangan para pembeli. Namun Bil tetap tabah walau bercampur kecewa dan menyesal karena jika dikalkulasi, sudah sekitar Rp100 juta lebih yang ia korbankan demi sang buah hati.
Di sela-sela perbincangan bersama Bil dan Abdulgani, kedua orang hebat ini juga mengeluh karena tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Lembata, padahal Abdulgani pernah membela Lembata dan namanya juga pernah dipilih untuk bermain di tingkat Provinsi NTT namun Askab Lembata tidak mengurusnya. Bahkan ia pernah membela Lembata saat bertanding di Ende, Flores dan hanya diberikan biaya pulang ke Lembata sebesar Rp200 ribu.
“Waktu itu ketua Askab janji kalau setelah dia lantik baru dia panggil kami semua pemain datang untuk dapat hadiah tapi sampai sekarang tidak ada kabar,” ungkap Abdulgani dengan nada kecewa.
Tidak Bangun Rumah Demi Sepak Bola
Sungguh luar biasa kisah Bil dan Abdulgani, Bil sebagai ayah sangat mencintai putranya. Karena itu, segala harta ia habiskan untuk menunjang cita-cita putranya dalam dunia sepak bola. Ia bahkan berkorban untuk tidak membangun rumah layak huni bagi keluarga karena semua biaya ia pertaruhkan untuk Abdulgani.
Usai Abdulgani gagal dalam menuntut ilmu di akademi sepak bola, keduanya kembali ke laut, sumber hidup keluarga. Abdulgani menemani sang ayah mengarungi arus laut Sawu dan menaklukkan angin badai yang merongrong perahu mereka. Kini keduanya bertekad untuk memulai hidup yang baru, salah satunya membangun rumah layak huni untuk keluarga.
"Menjadi nelayan adalah pekerjaan utama kami, membantu kami sebagai pemberi energi tambahan. Sementara Abdulgani sudah bertekad untuk melanjutkan kuliahnya nanti di kota Makassar," pungkas Bil.
(Antonius Rian / Redaksi)
- Berita Terbaru
- Berita Terpopuler
-
Mahasiswa Asal Nusa Penida, Kuliah dan Usaha Bisa Sejalan
-
Sekertaris DPW KNPI Sulsel Melantik Pengurus DPD KNPI Kepulauan Selayar
-
Surabaya Terus Validasi MBR Mulai Tingkat RT
-
Miss UNIVERSE USA 2019 Cheslie Kryst, Depresi dan Akhirnya Bunuh Diri
-
Olah Raga Panahan, Bersama Club' East Archery Pulo Gebang Jakarta Timur
-
Terpaksa Putus Kuliah, Pemuda Ini Malah Sukses Jadi Pengusah
-
Ini Kata Guntur Hafid dalam Rakor Perdana FBN Luwu Timur
-
Baru Dipilih Ini Harapan Ketua Karang Taruna Desa Hoelea Kepada Pemerintah Desa
-
Wali Kota: Saya sebagai Manager Kota Sekaligus Public Relation
-
Kang Asep : Membangun Dunia Casting Di Bali
-
Daftar Perusahaan Yang Terapkan 'Work From Home' Selamanya
-
Tips Cegah Perilaku Konsumtif Jelang Resesi
-
Nenek Serahkan Diri Ke Warga Desa Bean, Lembata
-
Smartphone Yang Cocok Untuk Youtuber Pemula
-
Sadis, Gadis Belia Asal Mauponggo Digagahi Bapaknya Sendiri
-
Kontroversi Video Viral Penemuan Patung Maria di Teluk Lewoleba
-
Video Penampakan Buaya di Pantai Selatan Lembata Gegerkan Warga
-
Istri Vokalis Slank Kunjung Desa Mahal Lembata, Ada Salam Dari Kaka
-
Dianggap Gila, Abu Sidik Buka Warkop di Kampung, Segini Penghasilannya
-
Laba Amo, 26 Tahun Mendulang Rupiah dari Kerja Dorong Gerobak